📌Baca Juga : Latihan Test Kompetensi Dasar PPPK Tahap II
Perdebatan filosofis mengenai keterkaitan dan ketergantungan dalam eksistensi kerap menjadi sorotan utama di kalangan pemikir Islam. Mereka mengembangkan pemikiran metafisik yang berakar dari gagasan Aristoteles, terutama tentang kesatuan dalam alam semesta. Para filsuf menekankan bahwa seluruh bagian alam ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Mustahil membayangkan lenyapnya sebagian alam tanpa mengganggu keseimbangan keseluruhannya. Sebab, menghilangkan satu bagian akan berimplikasi pada hilangnya keseluruhan, sementara mempertahankan satu bagian berarti menjaga keberlangsungan semua elemen yang menyusunnya.
Dalam kerangka pemikiran ini, eksistensi dan non-eksistensi tidak dapat dipisahkan begitu saja, sebagaimana eksistensi relatif tak terlepas dari eksistensi hakiki. Segala yang ada di alam ini saling berhubungan dan membentuk sebuah keteraturan yang kompleks. Jika tidak ada keberagaman dalam eksistensi, maka realitas pun tak akan memiliki warna dan corak. Tidak akan ada konsep sistem, harmoni, atau keteraturan yang indah, sebagaimana juga tidak akan ada ketidakseimbangan. Maka, dalam sudut pandang filsafat Islam, eksistensi bukan sekadar materi sederhana, melainkan sebuah sistem yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Sebagaimana telah disampaikan, segala sesuatu di alam semesta ini memiliki hubungan yang erat dan tidak bisa berdiri sendiri. Salah seorang filsuf Islam menegaskan bahwa yang membedakan eksistensi adalah potensialitas, aktualitas, materialitas, serta hakikat ontologisnya. Bagian-bagian dari sebuah sistem tidak dapat dipahami secara terpisah, sebab pada akhirnya, setiap elemen memiliki hubungan inheren yang membentuk satu kesatuan yang harmonis. Dari sinilah muncul pemahaman bahwa keterpisahan hanya bersifat relatif, sementara pada hakikatnya, segala sesuatu berkelindan dalam satu jalinan realitas yang utuh dan saling melengkapi.****
0 Komentar