[Foto : Siswa-siswi saat akan melakukan aktivitas berkebun di sekolah]
Purwakaerta|Pasti.Online-Di tengah hiruk pikuk modernisasi pendidikan, Purwakarta hadir dengan konsep unik yang menggabungkan kearifan lokal dengan pembelajaran modern melalui program Tatanen Di Bale Atikan (TDBA). Festival TDBA 2024 menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai tradisional dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan kontemporer.
"TDBA bukan sekadar program, tapi filosofi pendidikan yang mengembalikan anak-anak kita pada akar budaya Sunda," jelas Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta Bapak Dr. H. Purwanto, M.Pd. Program yang telah diterapkan di seluruh satuan pendidikan di Purwakarta ini mengintegrasikan konsep pertanian dan kearifan lokal ke dalam kurikulum sekolah.
Tatanen Di Bale Atikan (TDBA) hadir sebagai manifestasi pendidikan karakter yang mengakar pada kearifan lokal Sunda. Melalui Peraturan Bupati Purwakarta, program ini mengimplementasikan model pembelajaran Pancaniti yang terdiri dari lima tahapan fundamental: nitinharti (pemahaman), nitinsurti (penghayatan), nitinbukti (pembuktian), niti bakti (pengabdian), dan niti sajati (pencapaian sejati).
"TDBA bukan hanya tentang bertani di sekolah, tetapi merupakan filosofi pendidikan yang memadukan kearifan lokal Sunda dengan tuntutan kecakapan abad 21," lanjut Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta Dr. H. Purwant, M.Pd."Melalui model Pancaniti, siswa tidak hanya belajar tentang pertanian, tetapi juga mengembangkan kesadaran ekologis dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila." pungkas Bapak Dr. H. Purwanto, M.Pd.
Implementasi TDBA di setiap satuan pendidikan Purwakarta telah menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional dapat menjadi fondasi kokoh dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan kepedulian terhadap lingkungan. Program ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat bersinergi dengan tuntutan pendidikan modern.
"Sejak penerapan TDBA, kami melihat perubahan signifikan pada siswa. Mereka lebih menghargai alam, memahami proses pertanian, dan bangga dengan budaya lokal," ungkap Ibu Reni, Kepala Sekolah SDN 2 Nagritengah Purwakarta. Data menunjukkan 85% sekolah di Purwakarta telah berhasil mengembangkan kebun sekolah produktif.
Festival ini juga melibatkan peran serta masyarakat, terutama petani lokal yang menjadi mentor dalam program TDBA. "Kolaborasi antara sekolah dan petani lokal menciptakan ekosistem pembelajaran yang unik," kata Pak Asep, seorang petani yang aktif dalam program ini.
Festival TDBA membuktikan bahwa pendidikan modern dapat berjalan selaras dengan kearifan lokal. Purwakarta telah menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional dapat menjadi fondasi kuat dalam membangun generasi yang cerdas dan berkarakter.***
0 Komentar