Doa pada hakikatnya adalah menampakkan kebutuhan kepada Allah, menyatakan ketidakberdayaan diri, serta merasakan kehinaan diri sebagai hamba. Doa juga mengandung arti pujian kepada Allah dan pengakuan hamba terhadap kedermawanan dan kemurahan Tuhannya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." [QS. Al-Baqarah: 186]
Renungkanlah ayat ini dengan baik wahai sudaraku, niscaya engkau akan mendapatkan di dalamnya kelembutan, transparansi, dan kedekatan yang luar biasa. Sebuah ayat yang menyirami hati seorang hamba dengan rasa cinta, kedekatan, keridhaan, kepercayaan, dan keyakinan. Seandainya di dalam doa hanya ada kelembutan hati, niscaya itu pun sudah cukup. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras." [QS. Al-An`âm: 43]. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga pernah bersabda, "Doa adalah ibadah."
Baca Juga : Ikan Anglerfish Muncul ke Permukaan, Keunikan Lampu Alami Jadi Perbincangan
Bahkan doa merupakan hal termulia di sisi Allah—Subhânahu wata`âlâ, sebagaimana disabdakan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Tidak ada hal yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa."
Seorang mukmin juga telah mendapatkan janji dari Allah bahwa Dia akan mengabulkan doanya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan Tuhanmu berfirman (yang artinya): 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian." [QS. Ghâfir: 60]
Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Sa`îd Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidaklah seseorang berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung unsur dosa dan pemutusan tali silaturahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal karena doanya itu: (Pertama), Dia akan mengabulkan doanya dengan segera. (Kedua), menyimpan kebaikan untuknya (tabungan pahala) yang setara dengan isi doanya itu. (Ketiga), menjauhkannya dari keburukan yang setara dengan isi doanya itu." Mendengar hal itu, para shahabat ketika itu menyahut, "Kalau begitu, kami akan memperbanyak doa wahai Rasulullah." Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—pun bersabda, "Anugerah Allah lebih banyak lagi."
Oleh karena itu, Umar ibnul Khaththâb—Semoga Allah meridhainya—pernah berkata, "Aku tidak gelisah memikirkan apakah doaku akan dikabulkan. Akan tetapi aku gelisah memikirkan doa itu sendiri, apakah sudah memenuhi syarat-syaratnya. Karena jika seseorang diberi taufik untuk berdoa maka pengabulannya telah ada bersamanya."
0 Komentar